Selasa, 02 November 2010

Kakak ku dan pengertiannya

Tak terasa sudah hampir setahun lebih aku menjalani hari – hari menyenangkan bersama mama. Saat itu usiaku sudah mau 17 tahun, sudah naik kelas 2 SMA. Untuk masalah pelajaran, aku termasuk dalam kategori pandai, walau jarang belajar tapi nilai – nilaiku selalu baik, mungkin karena aku memiliki kemampuan mengingat yang kuat. Meski lumayan sering bolos namun tidak menjadi masalah, karena sekolahku tidak terlalu ketat, dan juga nilaiku yang baik membuat bolosku tidak terlalu menjadi masalah bagi sekolah. Namun untuk antisipasi mama kusuruh bertemu kepala sekolah, kusuruh mama ngebokis sedikit, mama bilang kalau aku kadang tidak masuk harap dimaklumi, karena kondisi fisikku kurang baik, jadi suka sakit tiba – tiba. Dan kepala sekolahpun dapat memahami, karena yang memberikan keterangan adalah orangtua muri sendiri. Dari segi kehidupan Sekskupun aku sudah semakin pintar. Selain dengan mama, aku pernah melakukan hubungan Seks dengan 2 orang teman sekolahku, yang kutahu bukanlah tipe wanita yang melakukan seks untuk bayaran. Murni karena suka sama suka saja, nggak ada paksaan atau ikatan, saling menikmati saja. Aku nggak pernah merasa harus mulai sibuk cari cewek atau pacaran, bagiku keberadaan mama sudah cukup dan jauh lebih berarti. Mama sendiri kini semakin sukses dengan bisnisnya, Perusahaannya kini semakin berkembang dan diperhitungkan eksistensinya dalam dunia bisnis. Mama juga terlihat lebih cantik dan bahagia dengan keadaan yang kami jalani.
Mama sendiri tetap sering mengingatkan aku, bahwa aku bebas mencari pacar, namun aku harus bertanggung jawab. Mama nggak mau aku main dengan pelacur. Mama juga bilang kalau mencari wanita carilah yang membuatku nyaman dan merasa bahagia. Mama bilang mama nggak bisa mengontrol aku setiap waktu, mama juga nggak bakal tahu kalau aku berbohong, jadi mama menasehati, kalaupun aku melakukan hubungan seks dengan siapapun nantinya yang menjadi pacarku, aku harus bersikap gentle dan bertanggung jawab, jangan hanya mau enaknya saja, semua resiko harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Mama akan marah kalau aku misalnya lari dari tanggung jawab bila menghamili orang. Mama merasa perlu mengutarakan hal ini karena mama bilang, bohonglah kalau aku yang sudah kenal seks ini bisa melakukan pacaran tanpa harus melibatkan seks. Jadi mama merasa berkewajiban memberiku nasehat.

Namun aku yang sedang merasakan bahagia dan kenikmatan hubungan dangan mamaku, tidak terlalu peduli, bahkan aku merasa tidak niat cari pacar, mama sudah cukup. Aku bilang ke mama, bahwa saat ini mama adalah mamaku dan juga istriku. Tidak peduli mama setuju atau tidak, mama adalah juga istriku. Aku selalu berkeras akan hal itu, karena bagiku memang seperti itu, aku bahagia sama mama,dan menganggap mama adalah segalanya bagiku. Namun aku tidak pernah mau memanggil nama mamaku, Susan, bagiku panggilanku saat bercakap, saat sedang berstubuh adalah Mama. Aku merasakan sensasi tersendiri dengan satu kata itu : Mama. Mama sendiri akhirnya mengiyakan keinginanku yang keras itu.
”Iya saat ini mama juga adalah istrimu dalam kehidupanmu, namun hanya sampai kamu menemukan istri yang sebenarnya ya Wan. Dan jangan protes lagi, atau mama akan marah.... ” Senang hatiku mendengarnya, mama setuju menjadi istriku. Walau hanya kami saja yang tahu, itu sudah lebih ari cukup bagiku.
Kakakku Erni sendiri saat itu 19 tahun dan baru saja kuliah jurusan Psikologi. Sering nggak tentu datang ke rumahnya, lebih banyak di kota B di rumah opa omaku. Kakakku ini amat sayang padaku, juga pada mamaku. Orangnya sendiri supel, terbuka. Kakak amat memanjakan aku, juga paling senang becanda sama aku. Hubungan kami sangat dekat dan akrab. Biasanya kalau kakak datang, kami bertiga pergi makan keluar, terus jalan – jalan ke mall, cafe atau nonton bioskop. Tentu saja aku dan mama harus menahan diri dan berhati – hati kalau ada kakak, untungnya kakak tahu kalau dari dulu kadang – kadang suka tidur di kamar mama, jadi tak akan curiga kalau aku di sana, paling berpikir aku masih kolokan, namun secara umumnya sih jatahku berkurang. Kalau untuk fisiknya, kakakku juga cantik, berambut panjang, tinggi juga hampir 170 cm, bodinya seksi, dadanya juga besar. Jujur saja, aku tidak terlalu memiliki niat atau hasrat melakukan hubungan seks pada kakakku ini. Kalau untuk urusan seksi, iyalah, sama seperti mama, kakak juga nggak terlalu memperhatikan busana kalau di rumah, di depan aku juga tidak canggung untuk memakai daster atau baju tidur yang mini, juga kalau berenang tidak canggung memakai bikini. Bohong kalau aku bilang tongkolku tidak tegang kalau sedang melihat kakak berbikini, tapi itu kan wajar saja, aku kan lelaki normal. Tapi untuk melakukan hubungan seks, rasanya aku nggak terlalu memikirkannya, karena aku sudah bahagia dan cenderung menyukai melakukannya dengan mama yang kuanggap sudah matang dan sedang dalam kondisi tubuh sempurna sebagai wanita. Aku benar - benar lebih suka melakukan dengan mama. Semua hasratku bisa tersalurkan bersama mama. Kalau sama mama aku benar – benar tidak bisa mengontrol hasratku, tapi kalau sama kak Erni, entah kenapa aku masih bisa menahan diri sengaceng – ngacengnya tongkolku. Tapi kadang jalan kehidupan memang tidak dapat ditebak, akhirnya aku juga melakukannya dengan kak Erni. Prosesnya agak sedikit aneh dan tidak terduga olehku dan akan kukisahkan di sini.
Pagi itu aku libur sekolah, biasa katanya ada rapat guru, mama sudah berangkat ke kantornya. Suntuk benar campur capek sisa menggarap mama tadi malam. Si Mbak yang biasa nyuci kayaknya datang hari ini dan lagi nyuci di belakang, mungkin tadi sudah ketemu mama. Aku lalu sarapan sambil membaca koran olahraga. Nggak lama kemudian aku nyalain TV, nonton acara musik. Sejam kemudian si Mbak pamit pulang. Bosan juga, mau internetan malas...terus aku ingat ada kaset PS3 yang belum aku coba, segera aku ke kamar, ngambil PS3 dan kasetnya, main di ruang keluarga saja deh. Lumayan juga, game balapan mobil jedar jeder ini bisa bikin hati senang. Tidak terasa sudah siang.
”Hei...!” tiba – tiba terdengar suara jeritan ceria dan tangan yang menutup mataku. Terasa ada empuk – empuk tetek menempel di bahuku.
”Aduh kak Erni ngagetin saja nih.”
”Kok nggak sekolah Wan ?”
”Libur. Kakak juga tumben datang nggak kasih kabar ?”
”Sengaja kok, kakak lagi libur semesteran.”
”Naik apa kemari kak ?”
”Tadinya sih mau bareng sama temanku, tapi mereka baru balik besok, akhirnya naik kereta api tuh.”
”Coba telepon dulu, kan bisa Irwan jemput di stasiun.”
”Hehe...biar suprise ah. Mama juga nggak tahu tuh.”
”Gimana kabar opa sama oma kak ?”
”Baik, kamu tuh jarang nengokin, padahal kan ke sana sebentar.”
”Iya..iya cerewet amat.”
”Gimana sekolahnya ? Sudah punya cewek belum ?”
”Ih...nih orang cerewet deh, mending kakak istirahat dulu, terus telepon mama.”
”Oke boss...”

Kakak lalu mencium pipiku dan segera berdiri, lalu berjalan ke dalam, nggak lama terdengar suara yang ceriwis juga ketawa - ketiwi, rupanya kakak lagi nelpon mama. Akupun kembali meneruskan main game. Dari dalam terdengar suara kakakku berteriak ”Wan, kata mama nanti nggak usah jemput. Mama pulang sama supir kantor. Terus nanti malam kita makan di luar.” Aku hanya mengiyakan saja, masih asik sama game balapku. Nggak lama suasana kembali sepi, kayaknya kakakku yang bawel itu sedang istirahat tidur. Senang sih aku dengan kedatangan kakak, tapi itu berarti aku dan mama tidak bisa begitu bebas lagi...oh nasib berkurang deh jatahku. Karena aku juga sudah lama main game, aku pun memutuskan untuk tidur juga. Lumayan biar segar nanti kalau malam jalan sama mama dan kak Erni.
Sorenya aku bangun, kembali teringat kak Erni yang baru datang, akupun membereskan mainanku kembali ke kamar, lalu berjalan ke arah kulkas, cari makanan. Sambil mengunyah kue, kulihat di kaca belakang, kak Erni lagi tiduran di bangku di pinggir kolam renang. Wah enak juga nih sore – sore berenang. Aku segera berjalan ke arah kolam. Nampak kakakku lagi bersantai dengan baju renang bikininya, namun bagian atasnya masih ditutupi kaos.
”Kak, kok nggak bangunin aku ?”
”Ngapain, kamu sih mentang – mentang libur, maunya malas – malasan terus.”
”Sudah makan belum kak ?
”Sudah, tadi masak spaghetti.”
”Jahat amat, makan sendiri, nggak bagi - bagi.”
Kakakku hanya tertawa, aku yang sebel segera loncat ke kolam dan berenang. Segar rasanya, bolak balik dari sisi satu ke ujung lain. Puas berenang, aku naik ke atas, menuju lemari handuk, mengeringkan tubuh, lalu berjalan ke bangku lain di samping kakak. Kak Erni masih bermalas – malasan. Akupun ikut berbaring di bangku berjemur. Matahari masih agak terik. Mataku kembali mengantuk, karena angin sepoi – sepoi. Tiba – tiba kak Erni bangkit dan kini dalam posisi duduk, kulihat dia membuka kaosnya, nampak keteknya yang bersih sedikit ditumbuhi bulu yang halus dan jarang. Kulihat BH bikininya bergoyang saat kak Erni mengangkat kaos. Ugh...tongkolku langsung mengeras, kuarahkan pandangan mataku terfokus ke daerah dada kak Erni. Wow...nampaknya kakak sudah tumbuh berkembang dengan baik dan menjadi wanita yang seksi, seingatku dulu BH bikini kakak nggak seketat sekarang, nampaknya tetek kakak bertambah besar, sudah hampir seukuran mama. Juga pinggul dan pantatnya yang tampak lebih montok dan berisi. tongkolku mengeras sejadi – jadinya. Lagi enak – enaknya terpesona, kudengar suara kakak
”Woiii...ngapain bengong, ngelihatin apa kamu?”
”Nggak...mata Irwan nggak bisa nolak rejeki kan”
”Dasar baru gede kamu, sini, tolong dong usapin lotion ke punggung kakak.”
Wah sungguh tawaran yang menggiurkan, lumayan buat menghibur adikku yang lagi mengeras di balik celanaku ini. Sekalian jahilin kakakku ini. Kak Erni lalu segera tengkurap. Akupun segera memulai tugasku, Posisiku berdiri membungkuk dengan kaki mengankang di atas pantat kak Erni. Segera kutuang lotion ke tanganku, akupun segera mengusapkannya ke punggung dan badan kakakku. Sengaja aku mengusap – ngusap dengan agak bertenaga sedikit, seperti memberikan pijatan. Kayaknya kakakku menikmatinya.
”Enak Wan, rasanya nyaman, bikin pegel kakak hilang. Sekalian deh kakinya.”
”Wek...maunya, memangnya tukang pijit.”
”Segitunya, sekali – kali kenapa mijitin kakaknya.”
”Iya deh, tapi itu tali BHnya dibuka ya, biar nggak nyangkut – nyangkut.”
”Ya sudah, kamu tarik sendiri.”
Akupun segera menarik tali BH bikini tersebut. Kuambil lotion kembali, sengaja aku memulai dari kaki, kuusap lotion dan memulai memijit dari telapak kaki, lalu betis, naik lagi ke paha, lalu tanganku sampai ke daerah CD, sengaja aku lebarkan kaki kakak pelan – pelan. Nampakbelahan pantatnya yang montok. Kupijit dengan lembut kedua belahan pantatnya, jariku juga dengan perlahan dan sesekali menyentuh ”tanpa sengaja” bagian terluar daerah memiaw kakak yang tertutup CD. Kak Erni juga diam saja, entah tidak tahu atau sangat menikmati pijitanku. Cukup lama aku memijat daerah pantat kakak. Samar – samar aku mencium bau aroma menyenangkan yang sudah lama kukenal, masa sih memiaw kak Erni mulai basah. Akupun meneruskan pijatanku dengan khidmat. Kak Erni berdehem sambil tertawa dan mengatakan kalau yang harus kupijit seluruh badan, bukan pantat. Aku pun mengambil kembali lotion, kali ini aku duduki pantat kak Erni, lalu aku mulai memijat punggung kak Erni. Kuusap – usap dan kubelai dengan lembut dan bertenaga bergantian. Saat sampai bagian tengah punggungnya, sengaja aku lebarkan jari – jari tanganku, dan sedikit menyentuh bagian pinggir teteknya. Nampaknya kak Erni benar – benar enjoy dengan profesiku sebagai tukang pijit, membiarkan saja semua pijatanku. Tanpa terasa tongkolku makin mengeras dan berdenyut – denyut. Sebelum aku kebablasan akupun segera menyudahi kegiatanku.
”Kak, sudah ya capek nih.”
“Yah..pijatan kamu enak lho, pegel kakak hilang nih, bentar lagi deh.”
”Ogah ah, capek. Memangnya bagian depan juga mau dipijit ?” tanyaku belagak lugu.
”Yehh...itu mah kakak bisa sendiri.Ya sudah, makasih ya adikku sayang.”
Kak Erni lalu segera berbalik, tangannya memegang BH bikininya, lumayan agak ke bawah sedikit sih, sehingga gunung kembarnya terlihat seperti meloncat keluar. Makin ngaceng deh...mending ke dalam deh. Baru saja aku berjalan, kudengar suara kak Erni sambil tertawa..
”Wan, benar lho pijatanmu enak, makasih ya, tapi kok tadi rasa – rasanya ada benda aneh terasa di atas pantat kakak...ha..ha..ha.”
”Sialan....kan aku lelaki normal, ini kan juga salah kakak...huh.” balasku tengsin.
”Makanya cari pacar sana...”
”Bawel ah...sudah deh berenang sana.”
Akupun segera menuju ke dalam rumah, gawat nih, tongkolku benar – benar nggak kompromi, terpaksa deh pakai cara tradisional. Segera aku masuk ke dalam, berdiri di tempat yang tidak terlihat dari arah kolam renang, namun aku bisa melihat ke sana. Kulihat kak Erni sedang duduk, nampaknya sedang mengoleskan lotion pada bagian depan tubuhnya. Celanaku segera kupelorotkan, tangan lumayan licin sisa lotion mijit kaki tadi, aku segera mengocok tongkolku, kulihat kak Erni sedang mengoleskan lotion pada area teteknya, nampak teteknya bergoyang, tangannya masuk ke balik BHnya, duh kenapa nggak diangkat sedikit saja sih pikirku. Kocokan semakin kencang. Lalu kak Erni nampak melebarkan kakinya, kini sedang mengolesi wilayah sekitar paha dan selangkangannya. Kukocok tongkolku makin cepat, Denyutan terasa makin kencang...Creet...creet..ah akhirnya keluar juga, lega rasanya. Segera saja kubersihkan muncratanku dengan celanaku, lalu segera menuju kamar mandi. Sambil mandi aku tersenyum sendiri...sudah lama juga aku tidak onani, karena biasanya langsung sama mama. Namun hari ini darurat, daripada bablas....
Tak lama kemudian mama pulang, setelah mama istirahat dan mandi, kami pun pergi jalan ke luar. Malamnya Kak Erni minta tidur di kamar mama, biasalah sudah lama tidak ketemu, juga karena dia semangat menceritakan kegiatan barunya di dunia perkuliahan...puasa deh malam ini. Besoknya juga sama...duh banyak banget sih ngegosipnya, tinggal aku merana sendiri di kamarku. Mama bukannya nggak paham dengan kondisiku, namun kami harus menjaga rahasia kami.
Untunglah hari ketiga kak Erni merasa bahan gosipannya sudah berkurang dan memutuskan tidur di kamarnya, aku sengaja memutuskan untuk tidur di kamarku sendiri, untuk kemudian nanti masuk menyerang ke kamar mama. Sewaktu kami nonton TV malam itu, saat kak Erni tidak melihat, aku mengedipkan mata ke mama sebagai kode nanti malam aku kepingin, Mamapun balas mengedip dan tersenyum. Tidak lama kemudian aku bilang sudah mengantuk, dan segera ke kamarku. Di kamar aku nyalakan laptopku dan mulai browsing, biasa pemanasan dikit buat adikku. Lega rasanya sebentar lagi bisa bermesraan kembali dengan mamaku tersayang. Huh...tersiksa berat aku, 3 hari ini mama sibuk kerja, juga tidak bisa aku datang ke kantornya, karena sedang rapat terus membahas proyek baru, sehingga tidak ada waktu buat nyolong – nyolong melakukan hubungan. Belum lagi tongkolku ngaceng terus kalau lihat kak Erni dengan bikininya di kolam renang tiap sore. Setengah jam kemudian aku dengar TV dimatikan, dan suara kak Erni mengucapkan selamat tidur ke mamaku. Sabar bentar lagi dik...kamu akan menemukan lubangmu....sabar. Aku meneruskan menjelajahi situs – situs porno favoritku. Satu jam kemudian aku matikan laptopku, kubuka pintu kamar pelan – pelan, mataku melihat ke arah kamar kak Erni, kamar kami bertiga memang terletak di lantai dua, mengendap aku ke sana, kutempelkan telingaku di pintunya, selama satu menit aku konsentrasi mendengarkan, nampaknya tidak ada suara apapun. Yakin bahwa kak Erni sudah tidur, aku segera menuju kamar mama, membuka pintu, nampak mama mengenakan baju tidur mininya, sedang membaca. Mungkin karena birahi kami yang sedang dahaga, dan juga karena biasa bebas saat kak Erni tidak di rumah, maka aku jadi agak sembrono saat itu, aku hanya menutup pintu sebatas tertutup, tanpa melihat apakah sudah tertutup rapat, apalagi menguncinya. Yang ada dalam otakku adalah segera bermesraan dengan mama tersayang.
Mama yang melihatku masuk, segera menghentikan kegiatan membacanya, ditaruhnya bukunya ke meja di samping ranjang. Aku segera naik ke atas tempat tidur, tanpa basa – basi aku segera mencium bibir mama dengan gairah yang membara..sementara tanganku meremas – remas tetek mama yang masih terbungkus baju tidurnya...
”Ma, aku kangen banget nih...”
”Iya sayang, mama juga.”
Kami berciuman dan saling meraba satu sama lain, mama meremas – remas tongkolku yang sudah mengeras di balik celanaku. Dengan cepat aku segera membuka kaosku, lalu segera menelanjangi mamaku, mamapun membantu aku melepaskan celanaku. Segera saja aku gumuli mamaku. Aku peluk dan ciumi bibirnya, bulu keteknya, lalu aku segera turun ke daerah teteknya, mulutku dengan rakus segera menciumi dan menghisap puting susu mama yang besar bergantian, tanganku pun mulai meraba dan membelai – belai rambut kemaluannya yang lebat, Kuremas – remas rambut kemaluan yang tebal dan menggairahkan itu, lalu kuusap – usap memiawnya, jarikupun mulai dengan lincahnya mencari lubang memiaw mama, segera kutusukkan ke dalamnya. Mama nampaknya juga memahami gairahku, dan menerima semua rasa dahagaku yang tertahan selama 3 hari ini. Tangan mama memeluk punggungku, membelainya dengan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi bahwa ia mau aku memuaskan semua dahagaku. Tangannya pun mulai turun ke arah pantatku, dibelainya pantatku, lalu mulai menuju ke arah tongkolku, diraihnya kedua biji pelerku, diusap – usap dan dimainkan dengan amat lembut. Lalu ia mulai mengelus dan mengocok tongkolku. Ugh...nikmat sekali rasanya, saat tangan halus mama mengocok tongkolku, aku pun terus menciumi dan memainkan tetek mama, sudah basah tetek mama oleh ludah dan keringat. Puas dengan tetek mama, kembali kuangkat ke atas sebelah tangan mama, bulu keteknya sungguh merangsang birahiku, aku kembali mengaeahkan lidahku ke sana, kujilati dan kuciumi sepuas hatiku, aroma wangi dari mama yang rajin merawatnya menggelitik hidungku dan makin membuat tongkolku mengeras. Puas bermain – main, aku segera mengarahkan tongkolku ke tetek mama, Mama sudah paham apa yang kumau dan segera mengapit kedua teteknya, aku segera memaju mundurkan pantatku untuk menggerakkan tongkolku yang sedang dijepit dengan nikmat di antara tetek mama yang besar itu. Puting mama yang kecoklatan nampak mengeras dan mencuat ke atas dengan mempesona. Kupilin – pilin dengan jariku, membuat mama mendesah...
Lalu tanpa merubah posisi, tangan mama segera menarik dan mendorong pantatku ke depan, sehingga tongkolkupun kini berada tepat di depannya, tangan mama segera memegang batang tongkolku dan mulutnya mendekat, lidahnya mulai menjelajahi dan menari – nari di atas tongkolku, Ooohhh.....rasanya tiada tara. Perlahan mulutnya mulai menelan kepala tongkolku, lalu batangnya, sampai ke pangkalnya, dihisap dan dikulum – kulum dengan kuat namun nikmat. tongkolkupun berdenyut – denyut nikmat saat mulutnya mulai memompa tongkolku. Pelan lalu cepat bergantian ditimpali dengan permainan lidah yang lihai, membuatku hanya bisa mendesah menahan kenikmatan ini. Nampaknya mama benar – benar ingin melumat habis tongkolku dengan mulutku, saat aku hendak menyudahi Oral Seks ini, tangannya menahannya, ya sudah aku biarkan saja, mama makin semangat dan mengulum dan menghisap tongkolku dengan sangat panas. Kadang mulutnya menghisap dan mengulum biji pelerku sambil tangannya mengocok tongkolku, lalu kembali mulutnya bermain dengan tongkolku. Lama kelamaan tongkolku semakin berdenyut kuat, rasanya mau keluar nih sebentar lagi. ”Ma...aku sudah mau keluar nih.” Mama makin mempercepat hisapannya, dan paa timing yang tepat membuka mulutnya di depan kepala tongkolku, sementara tangannya memegang kuat batang tongkolku. Dilepasnya sesaat saja, Creeettt....spermaku keluar dengan perlahan ke mulutnya, Lalu digenggam lagi dengan kuat, sesaat dilepas lagi...spermaku kembali menetes perlahan, dan mama kembali menggenggam kuat, kali ini agak lama, akhirnya mama melepaskannya, kali ini kepala tongkolkupun memuntahkan sperma dengan jumlah agak banyak dan kental, Mama menampungnya ke dalam mulutnya. Memandangku, kulihat mulutnya penuh dengan spermaku, sesaat kemudian mama menelannya, lalu menjilati dengan rakusnya sisa sperma yang meleleh di sekitar tongkolku.
”Sudah lama mama nggak ngerasain sperma kamu sayang.”
”Ma tadi enak banget, mama pintar banget waktu bikin Irwan keluar bertahap gitu, rasanya enaakkkkkk bangeet.”
”Siapa dulu dong mamanya, nah nanti gantian kamu yang puasin mama.” Mamapun mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia, lalu meminum air di gelas yang ada di meja samping ranjang. Walau baru keluar namun tidak butuh waktu lama bagi tongkolku untuk tegang kembali...tongkol ini pasti akan cepat tegang bila sudah berada dekat mamaku Susan yang telanjang dan mempesona ini.
Saat itu kami benar – benar dibakar api birahi yang menyala, sehingga tidak menyadari pintu kamar mama sedikit terbuka, karena di luar agak gelap dan kami sedang sibuk dan panas – panasnya, kami tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang melihat dengan mata terbelalak.
Erni berdiri terpaku di depan pintu, kaget dan terkejut dengan kenyataan yang dia lihat sedang terjadi di dalam kamar mamanya. Tadinya dia bermaksud ke kamar mama untuk meminjam buku sebagai bahan bacaan karena dia belum bisa tidur, dia membuka dan menutup pintu kamarnya juga dengan pelan, agar tidak mengganggu adik dan mamanya. Begitupun saat hendak masuk ke kamar mamanya, ia bermaksud melakukannya dengan pelan, agar tidak membangunkan mamanya. Namun ia heran karena pintu kamar mamanya tidak tertutup rapat, dan saat ia mendekat terdengar suara desahan dan rintihan yang sudah ia hafal benar sebagai suara apa. Penuh keheranan dan tanda tanya ia mendorong sedikit pintu itu perlahan sekali, dan ia kaget dan terkejut mendapati adik dan mamanya yang telanjang, juga mamanya yang sedang menghisap tongkol adiknya. Mulutnya ternganga, tidak bisa mengeluarkan suara apapun, sementara kakinya juga tidak bisa beranjak dari situ. Akhirnya ia pun melihat adegan yang sedang berlangsung di kamar mamanya.
Irwanpun segera turun ke daerah selangkangan mamanya, mamapun segera menaikkan lututnya dan membuka lebar kedua kakinya, nampaklah memiaw mama yang mempesona. Segera saja Irwan menciumi rambut kemaluan mamanya, lalu mulai menjelajahi permukaan memiaw mamanya dengan lidahnya, dijilati semuanya. Kemudian perlahan jarinya mulai melebarkan memiaw mamanya, kembali lidahnya menjilati dengan buasnya seisi memiaw mamanya, lidahnya ditusuk – tusukkan ke lubang memiaw mamanya, lalu lidahnya mulai menuju ke arah itil mamanya, kacang enak itupun mulai dijilati dan dimainka dengan lidahnya, itil mamapun mulai membesar, makin bersemangat saja Irwan memainkannya, mamapun mendesah penuh kenikmatan. memiaw mama sendiri mengeluarkan aroma nikmat yang membuat mabuk kepayang.
”Jiiilaaat terusss Wan.”
”Ya...ya....mainin itil mamaaa, terusss yang..”
”Oooohhh......Aaahhhh...Awww,....!”
Erni melihat adegan yang berlangsung tersebut dengan berdebar – debar, dari arah pintu dilihatnya adiknya sedang menjilati memiaw mamanya, terlihat juga tongkol adiknya yang besar bergoyang – goyang, Ada sensasi dan perasaan aneh yang menjalar pada diri Erni. memiawnya di balik celana dalam terasa berdenyut – denyut dan panas, tanpa sadar tangannya mulai meremas – remas teteknya sendiri, memainkan putingnya, lalu tangannya bergerak ke bagian bawah baju tidur mininya, mulai mengelus – ngelus celana dalamnya, perlahan lalu makin kuat....kini tanganya pun mulai memasuki celana dalamnya, terasa rambut kemaluannya yang lebat, lalu tangannya pun mulai mengusap – ngusap memiawnya, semakin lama semakin cepat, sementara ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Lalu ia pun mulai menurunkan celana dalamnya, kini ia segera berlutut, kedua kakinya agak ia lebarkan, jemari tangannya segera mencari itilnya, lalu mulai menggosok – gosok itil tersebut...walaupun pemandangan yang dilihatnya mengagetkan dirinya, namun ia tidak bisa menahan perasaan aneh panas yang menjalar dan menggelitik birahinya. Jarinya terus memainkan itilnya sementara matanyapun terus menatap dengan lekat adegan adiknya yang sedang menggarap mamanya.
Mama Susan terus menggelaitkan badannya, mulutnya mendesah – desah keenakkan, sementara pinggul dan pantatnya bergerak semakin liar...Irwan semakin ganas saja memainkan itil mamanya, jarinya juga ikut menusuk – nusuk lubang memiaw mamanya, semakin lama – semakin cepat, tongkolnya sudah mengeras menikmati rintihan dan desahan kenikmatan mama. Lidahnya bergerak amat cepat menyapu dan membelai itil mamanya, desahan dan erangan mama mulaitidak beraturan dan keras, pertanda mama sudah tiba pada pertahanan terakhirnya, benar saja, tak lama kemudian dengan tubuh mengejang dan pantat yang sedikit terangkat, terasa memiaw mama menyemburkan cairan hangat orgasmenya.
”Wah...libur 3 hari membuat permainan lidah kamu jadi ganas yang..” Baru saja mama selesai mengucapkan kalimatnya, Irwan segera menarik kaki mamanya, diangkatnya kedua kaki mamanya, sementara ia berlutut di depan memiaw mamanya. Tampak olehnya memiaw mamanya yang memerah karena permainan lidah dan jarinya, segera ia menurunkan pantatnya sedikit, lalu memajukan tongkolnya ke depan, karena memiaw tersebut sudah basah, mudah saja tongkolnya menerobos lubang memiaw mamanya, terasa hangat dan nikmat. Dimaju – mundurkan tongkolnya dengan seirama, kedea kaki mamanya menggantung di bahunya, sementara dari pantat ke kepala tetap dalam posisi membaring, mama mengangkat kedua tangannya dan mengapitkannya di belakang kepalanya sendiri, terlihat bulu ketek mamanya yang lebat dan mulai basah oleh keringat, makin bernafsu saja Irwan jadinya, pompaan tongkolnya semakin cepat dan ditancakan sedalam mungkin, tetek mama bergoyang dengan cepat...plok...plok...plok...bunyi tongkol yang sedang memompa memiaw mamapun terdengar jelas . Mamapun mendesah dengan nikmat. Irwan pun mulai mengubah tekhniknya, sengaja ia memompa dengan pelan beberapa kali dulu, lalu mulai menarik tongkolnya perlahan sampai batas ujung kepala tongkol, lalu blesss...membenamkannya lagi, terus berulang – ulang. Setiap kali akan menerobos masuk dilakukan dengan cepat dan bertenaga sehingga langsung menancap sedalam mungkin, terasa sampai ujung liang memiaw mamanya. Mama pun makin bergeliat keenakan, merasa nikmat sekali setiap kali kepala tongkol Irwan kembali menghujam lubang memiawnya dengan kuat, sementara menghujam, tongkol tersebut membelai lembut itilnya, nikmat tiada tara. Irwan sendiri merasakan rasa geli yang enak sekali pada kepala tongkolnya setiap menerobos masuk kembali ke lubang memiaw mamanya. Tak butuh waktu lama, mama kembali mengejang dan mengalami orgasme. Irwanpun berhenti sebentar.
”Lagi dong yang...kok berhenti capek yah ?”
”Enggak..ganti posisi ya ma, aku duduk, mama di pangku, aku mau mainin tetek sama ketek mama.
”Boleh...”
Irwanpun segera menyandarkan badannya ke kepala ranjang, kakinya lurus di atas ranjang, mama segera duduk di atas tongkol Irwan, posisi tubuhnya membelakangi Irwan, tangannya dinaikkan ke atas mengapit kepala Irwan. Perlahan mama meregangkan kakinya, memiawnya sudah merah karena hujaman tongkol Irwan, lubangnya sudah membuka, perlahan diturunkan pantatnya, lalu Jleb....tongkol Irwanpun menerobos denga leluasa ke lubang kemikmatan mama tersebut, dari belakang tangan Irwan segera meremas – remas kedua tetek mamanya, diremasnya dengan kuat dan gemas, dimainkan dan dipilin – pilinnya puting mama yang sudah membesar, sementara lidahnya mulai menjilati ketek mamanya. Mama sendiri mulai menaik turunkan pinggulnya, memulai memompa tongkol anaknya, terlihat cairan sisa orgame mengalir turun membasahi batang tongkol anaknya.
Mata Erni terpaku melihat ke arah ranjang, kini terlihat posisi mamanya yang menghadap ke arahnya, Irwan yang sedang menjilati ketek mamanya dan meremas – remas tetek besar mama. Juga terlihat tongkol adiknya yang besar sedang bergerak naik turun memompa lubang memiaw mama yang sudah merah karena dipompa oleh tongkol besar tersebut dalam waktu lama. Diperhatikan wajah mamanya, Erni belum pernah melihat ekspresi mama seperti itu, wajah mamanya terlihat penuh kebahagiaan. Kembali Erni melihat ke arah tongkol adiknya yang sedang menghujami memiaw mama. Jemari Erni semakin cepat memainkan itilnya pada memiawnya yang sudah sangat basah menyaksikan adegan seks antara Irwan dan mama. Erni merasakan kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya akibat rasa enak yang dia dapati saat memainkan itilnya. Itilnya sendiri memang agak besar, lebih besar dari mamanya dan menonjol keluar. Semakin cepat dan tanpa henti ia memainkannya. Gairahnya juga sedang terbakar. Saat ini ia tidak dapat berpikir mengenai mengapa adik dan mamanya bisa melakukan persetubuhan yang harusnya tidak boleh terjadi, namun itu bisa menyusul, saat ini ia sedang sibuk memuaskan dirinya akibat menyaksikan adegan panas yang terjadi.
Irwan masih memainkan ketek dan tetek mamanya. tongkolnya kini mengeras sekeras – kerasnya, aroma ketek mama menimbulkan rangsangan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kini iapun mulai ikut menaik turunkan pantatnya, mengimbangi goyangan mamanya, semakin lama semakin cepat dan seirama seiring deru nafas kenikmatan yang terjadi, kini ia menjilati leher mamanya, mama menggelinjang kegelian, lalu ia mencari bibir mamanya, mama balas menciumnya dengan tidak kalah panas, lidah mereka bertautan dengan cepat, saling menarik, goyangan tongkol dan memiaw semakin cepat, tangan Irwan semakin kuat meremas – remas dan memainkan tetek mamanya yang besar, semaikn kuat ia merasakan denyutan pada tongkolnya, mama sendiri semakin menggelinjangkan tubuhnya, berbarengan dengan Irwan menyemprotkan spermanya, mamapun memuntahkan orgasmenya yang kesekian kali.
Di luar kamar Ernipun terkulai lemas, memiawnya sudah basah kuyup, ia juga baru mengalami orgasme yang hebat, memiawnya masih berdenyut – denyut nikmat sehabis memainkan itilnya. Matanya tetap mengawasi yang terjadi dalam kamar, nampaknya tidak ada tanda – tanda adiknya akan keluar, dilihatnya adiknya dan mamanya terdiam lemas, masih berciuman dengan mesra, nampak sperma menetes keluar dari lubang memiaw mamanya membasahi tongkol adiknya yang masih menancap di dalamnya. Dilihat wajah keduanya yang nampak bahagia dan puas. Erni membiarkan dirinya berdiam diri sebentar, beristirahat, otaknya mulai bisa berpikir jernih kembali, kalaupun ia tetap di sini juga, adegan berikutnya yang akan terjadi juga sama saja, tetap saja adegan adik dan mamanya yang bersetubuh dengan panasnya, jadi lebih baik aku kembali ke kamar. Lalu ia mengambil celana dalamnya, menyeka cairan yang tersisa di lantai dengan celana dalamnya, lalu berdiri dan melangkah ke kamarnya perlahan dan tanpa suara.
Di dalam kamar mama, Irwan dan mama masih tetap dalam posisi seperti tadi. Lemas dan puas. Berdiam diri memulihkan tenaga yang terkuras sehabis memuaskan dahaga yang sempat tertahan 3 hari ini. Kemudian terdengar suara mama memulai percakapan.
”Mama puas dan nikmat sekali sayang.”
”Irwan juga ma, rasanya terobati deh puasa 3 hari ini.”
”Ya...nggak apalah Wan, kan ada kakakmu, kita juga harus hati – hati. Toh kalau Erni sedang tidak pulang kita bisa melakukan kapan saja kita mau.”
”Iya ma,Cuma kadang – kadang Irwan suka nggak kuat.”
”Maklumlah kamu masih muda, masih penuh semangat dan mudah terangsang.”
”Mama juga kan.”
”Ah...nakal kamu.”
Lalu mama segera mencabut tongkolku dari memiawnya, menjilat sisa sperma yang masih ada di tongkolku, aku melao keringat di tubuhku dan mama dengan handuk yang tersedia. Setelah itu kami berbaring dan berpelukan, saling berciuman dengan mesra. Malam itu Irwan kembali menggarap memiaw mamanya sebanyak 2 kali lagi, sebelum kembali ke kamarnya. Sebelum masuk e dalam kamarnya, dilihatnya kamar kak Erni, tetap tenang tak ada suara, masih tidur pikirnya, lalu Irwan pun masuk ke kamarnya dan tidur. Senyum puas tersungging di wajahnya. Karena kelelahan dan terlalu panas semalaman memuaskan birahi bersama mama, Irwan kecapekan dan bolos sekolah besoknya.
Erni di kamarnya berbaring, tapi matanya tidak terpejam, masih terbayang jelas adegan yang dia saksikan tadi. Setelah tiba di kamar barulah ia bisa memikirkan secara jelas hal tadi. Apa yang disaksikannya tadi amat mengejutkan juga membuat dirinya marah, Bagaimana bisa mama dan Irwan....itu jelas terlarang, lain halnya kalau Irwan dengan wanita lain, mama dengan pria lain, tapi ini...mereka ibu dan anak. Irwan juga lelaki, badannya bagus, wajahnya ganteng, usianya juga sedang kritis – kritisnya sama yang namanya seks, kalaupun ia sudah mengenal dan melakukannya, aku bisa paham. Aku sendiri juga sudah sering melakukannya dengan pacarku. Tapi mengapa harus dengan mama, mengapa Wan ? Dan mama kenapa kau harus melakukannya dengan Irwan, anakmu ? Apa yang sudah terjadi selama ini..??? Kalau dilihat dari panasnya adegan tadi, wajah mereka yang bahagia juga mesranya mereka, nampaknya hal ini sudah berlangsung lama, pasti ini juga karena aku yang tidak ada di rumah ini. Kesempatan mereka amat besar. Lalu kenapa aku tadi bisa terangsang...?? Ah persetan dengan itu, wajar saja kan, kalaupun itu bukan mama dan Irwan tapi bila melakukan persetubuhan sepanas tadi, pastilah aku yang melihatnya akan terangang, akukan wanita normal. Tapi bukan itu yang harus aku pusingkan. Besok saat mama kerja, aku akan minta keterangan semuanya dari si Irwan, hal ini nggak bisa dibiarkan berlanjut. Irwan, Irwan adik kecilku ini ternyata sudah menjadi lelaki yang jantan yang mengerti bagaimana memperlakukan dan memuaskan wanita........egh...tongkolnya juga besar dan panjang...gimana rasanya bila tongkolnya menyodok memiawku...Arghhh...kenapa jadi mikirin tongkolnya adikku, mana bisa begitu, dia kan adikku, masa aku bisa memikirkan kemaluan adikku di saat seperti ini. Sudah mendingan aku tidur dulu, percuma aku pusingkan sekarang, toh besok semuanya akan terjawab......
Pagi itu aku bangun terlambat, mama sudah berangkat kerja. Mama tidak terlalu ketat untuk urusan sekolah, dari dulu kalau aku bolospun mama tidak marah dan melarang, karena tahu nilai raportku selalu baik, jadi mama tidak terlalu khawatir. Masih terasa capek badanku akibat menggempur mama habis- habisan semalam. Heran, mama masih kuat saja untuk pergi kerja pagi ini, padahal kan mama yang punya Perusahaan, bisa santai dikit gitu....ups tapi nggak juga deh, kan mama bertanggung jawab akan kelangsungan Perusahaan dan juga karyawannya. Salut banget aku sama mama. Aku bermalas – malasan sebentar, tidak berapa lama aku bangun. Cuci muka dulu, lalu segera menuju meja makan, sarapan, lapar sih.
Kulihat kak Erni sudah di sana, sudah mandi dan rapi, sedang membaca koran, kayaknya sudah kelar sarapan, tinggal tersisa kopi instantnya yang belum habis. Kudiamkan saja, aku langsung mengambil roti dan membuka kulkas menuang susu, lalu duduk memulai sarapanku. Tidak berapa lama, aku selesai dan bengong, nggak ada kegiatan yang mendesak, jadi santai saja. Tak berapa lama Kak Erni menutup koran dan menaruhnya di meja, lalu memandangku sekilas dan memulai percakapan.
”Nggak sekolah lagi Wan...” Kak Erni menanyakan dengan nada suara yang amat manis.
”Enggak..malas.”
”Malas apa capek Wan ?”
”Capek kenapa kak ?” jawabku tertawa, mengira kak Erni sedang meledekku seperti biasa.
”Capek ya capeklah Wan ?”
”Ah Irwan nggak ngerti maksud kak Erni.”
”Biar aku perjelas ya Wan, maksudku kamu capek pasti kamu paham. Semalam ngapain kamu di kamar mama ?” suara kak Erni tiba – tiba berubah tegas dan dingin. Deg...jantungku seakan berhenti berdetak. Apa maksudnya, mungkinkah kak Erni tahu dan menyadari apa yang terjadi, namun aku masih mencoba menjawab dengan santai dan ringan.
”Kan semalam aku tidur di kamarku, terus pas malam aku bangun kencing, mungkin karena kondisi mengantuk aku jadi masuk ke kamar mama. Kenapa sih, kan kakak tahu aku juga biasa tidur di kamar mama.” Jawabku setenang dan semeyakinkan mungkin.
”Oh tidur. Benar hanya tidur Wan..?”
”Lha iyalah...kak.”
”Gini ya Wan kukasih tahu, semalam aku susah tidur, jadi aku bermaksud mengambil buku di kamar mama untuk kubaca sampai ngantuk. Tapi saat aku ke sana aku lihat pintu kamar mama tidak tertutup rapat, karena nggak mau mengganggu, maka aku dorong pelan – pelan. Iya sih kamu sama mama lagi tidur. Tapi lucunya dua – duanya bugil, dan gaya tidur kalian aneh sekali, masa sampai bergumul dengan hebatnya, sampai perlu kamu memasukkan tongkol kamu ke memiaw mama, itu namanya ngent*t Wan, bukan tidur. Dan dari yang kulihat nampaknya kalian amat menikmatinya.” dingin, tenang, sinis dan penuh hujaman sekali kata – kata kak Erni. Duar..jantungku seperti ditembak pistol mendengarnya.
Aku terdiam membisu. Wah...ribet nih, baru kali ini kudengar kak Erni mengucapkan kata – kata kotor, gimana nih ? Tak urung aku berpikir juga kalau sekarang kakakku amat pintar mengelola kata – katanya, ringan tapi kejam dan menghujam ke sasaran, hebat juga kakak, baru kuliah psikologi sebentar, gayanya sudah pro banget...Hei, hei stop bukan saatnya kagum, ada hal serius nih, kak Erni tahu dan melihat apa yang terjadi semalam antara aku dan mama. Dan jelas sekali dia tidak suka dan tidak mau mentoleransi hal tersebut. Kayaknya sudah tidak bisa mengelak lagi, aku harus terus terang dan menjelaskan semuanya supaya kak Erni paham.
”Ya sudah, kakak sudah paham kan dengan apa yang kakak lihat semalam ?”
”Paham apanya, gampang amat kamu ngejawab hal itu Wan.”
”Ya memang segampang itu kak, sederhana saja, aku dan mama memang melakukan hubungan seks !”
”Kamu nggak punya otak ya Wan, dia mama kamu, mana bisa kamu melakukan hal seperti itu ?”
”Bisa saja dan sudah terbukti kan, kakak melihatnya sendiri kan ...”
”Diam kamu, aku nggak peduli kalau kamu melakukannya dengan wanita manapun yang kamu suka. Tapi kenapa kamu harus melakukannya dengan mama ?”
”karena kami melakukannya suka sama suka dan saling membutuhkan.”
”Ah, kamu asal saja bicara, paling juga karena kamu yang masih muda Cuma mau memuaskan nafsu bejat kamu, dan juga mama yang kegatelan..., kalian berdua sama gilanya” Aku jadi emosi mendengar kata kak Erni barusan, segera saja aku berdiri.
”Jaga mulutmu kak, jangan sekali – kali kamu menghina mama, kamu nggak ngerti semuanya. Dalam satu hal kamu benar, aku nggak mau munafik, aku memang melakukan hal ini juga untuk kepuasanku. Namun kakak harus paham, mama itu juga wanita yang usianya masih membutuhkan seks. Apa kakak tahu mama itu sakit dan kecewa karena perceraian dengan papa. Begitu sakit dan kecewanya, sehingga takut untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hanya mencurahkan hidupnya setelah perceraian untuk mencari nafkah dan mengurus kita, tidak peduli dengan kebutuhannya sendiri.”
”Tapi Wan...”
”Diam dulu kak, aku belum selesai bicara. Kak Erni nggak tahu kan, mama juga butuh seks dalam hidupnya, apalagi sebagai wanita di usianya sekarang, beda halnya kalau mama sudah tua atau renta, mama masih muda, cantik, apa kakak tidak bisa memahami kalau mama memendam semua hasratnya ke dalam hatinya yang terdalam. Lalu aku bisa mengetahui hal itu, Jujur memang aku tergoda dan amat terobsesi dengan mama, terserah apa penilaian kakak. Akhirnya mama mulai bisa memuaskan kembali hasratnya, dan mama merasa aman dan tidak takut akan sakit hati dan kecewa karena dia percaya ama aku. Kami saling menyayangi dan merasa tidak ada yang salah dengan hal ini. Jadi kuharap kakak mau mengerti, dan satu hal yang pasti, cukup denganku kakak mempermasalahkan hal ini, jangan pernah kakak mengusik mama sekalipun, aku akan marah sekali kalau kakak melakukannya.” Aku meluapkan semua emosiku. Kak Erni langsung berdiri, diambilnya koran dan dilempar ke arahku sambil berteriak
”Kamu hanya mencari pembenaran saja atas perbuatan kalian. Segala macam alasan yang kamu katakan adalah omong kosong, dasar, kalian Cuma mencari kepuasan saja, menggelikan sekali. Kamu dan mama sama gilanya.” Dengan kesal kutarik dan kupegang lengan kak Erni dengan cepat dan keras, kudekatkan mukaku ke mukanya
”Jadi apa masalahnya. Terserah kakak mau bilang apa, sudah pasti di manapun akan menilai hal ini salah, tabu, tapi persetan. Kalau aku melakukannya dengan mama, itu urusan kami, siapa yang rugi hah ? Siapa yang kami sakiti hah ? Kami punya alasan yang bisa kami terima satu sama lain. Bukan hanya untuk kepuasanku, tapi aku juga merasa senang, karena mama juga bisa kembali bahagia dan bisa memenuhi kebutuhan seksnya tanpa perlu rasa takut dan kecewa.”
Kak Erni segera menepis tanganku, dan langsung bergegas melangkah keluar, wajahnya penuh kemarahan. Aku tidak berusaha mencegahnya. Tak lama terdengar suara mesin mobil dinyalakan dari garasi dan meninggalkan rumah, biar sajalah, paling dia menumpahkan kemarahannya sambil jalan ke luar. Daripada dia tetap di sini, yang ada kami akan terus berteriak dan berdebat. Kini aku duduk sendiri, kepalaku pusing memikirkan pertengkaran kami barusan. Apa yang harus kulakukan, apa mama harus kuberitahu bahwa Kak Erni sudah tahu hubungan kami. Ah, jangan, biar saja, tak perlu menambah beban pikiran mama. Terserah sajalah, aku yakin kakakku tidak akan menanyakan hal ini ke mama, karena pada dasarnya kakakku juga menyayangi dan mau mama bahagia, terlebih setelah perceraian. Mungkin saat ini kak Erni belum bisa memahami alasan yang melandasi hubungan kami, mungkin kak Erni hanya melihat dari segi seks dan birahinya saja, memang hakikatnya hubungan seks yang kami lakukan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan, tapi itu harus diletakkan pada sisi terpisa, ah...sudahlah, nanti pasti dia kan mengerti. Aku paham kakakku. Lalu aku mandi dan kemudian menghabiskan waktu siang itu dengan membaca – baca buku sekolahku, iyalah biar aku tambah pintar.
Sorenya mama pulang, menanyakan ke mana kakakku, kubilang saja, tadi keluar mungkin ke rumah temannya. Mungkin karena aku lagi pusing memikirkan masalah tadi, aku tidak memanfaatkan ketiadaan kak Erni untuk menggarap mamaku. Mama masuk ke kamarnya, mungkin istirahat dan mau mandi. Sekitar jam 7 kak Erni pulang, wajahnya tampak biasa saja didepan mama, mengecup pipi mama dan mengucapkan salam, dan bicara seperti biasa dan tidak apa – apa. Lalu masuk kamarnta, ganti baju terus mandi. Nggak lama mama selesai memasak dan kami segera makan, namun kak Erni tampak dingin saja kepadaku. Kayaknya mama menangkap gelagat ini, dan menanyakan kepada kami apakah kami sedang bertengkar, namun aku dan kakak hanya berguamam singkat bahwa kami oke – oke saja. Mamapun diam dan tidak bertanya lagi, biasalah namanya juga anak – anak, ada kalanya suka bertengkar dan diam – diaman, nanti juga baik lagi. Malamnya aku juga tidak menggarap mamaku, aku sedang kehilangan mood, jadi tidur saja. Paginya mama berangkat kerja dan aku juga segera memacu ninjaku ke sekolah....suasana antara aku dan kak Erni masih dingin, tapi tak apalah yang penting kak Erni tidak menanyakan hal ini ke mama.
Erni kini sendirian di rumah. Duduk termenung di sofa, saat sendiri ini dia coba memikirkan dan mengolah semua hal yang terjadi antara mama dan adiknya. Mungkin saat sendiri dan tenang begini dia bisa memikirkannya dengan baik. Dia masih belum bisa menerima hal ini. Saling membahagiakan apanya...kebutuhan mama apaan, mereka bergumul dengan panasnya begitu kok, semua Cuma alasan, paling cuma memuaskan diri masing – masing...huh dasar, lama dia memikirkan dengan kesal saat membayangkan bagaimana wajah mama dan adiknya yang penuh kepuasan dan birahi saat malam itu, terasa agak sesak di dadanya. Tapi kemudian dia kembali memikirkan kata adiknya, dia coba kesampingkan urusan seksnya. Memang benar setelah bercerai mama tidak pernah terlihat satu kalipun berjalan atau menjalin hubungan dengan pria manapun, semuanya dicurahkan untuk membesarkan aku dan Irwan, untuk bekerja juga. Kalau untuk kecantikan dan menarik, Ernipun mengakui dan juga mengagumi mamanya, mustahillah kalau ada pria yang tidak tertarik dan mencoba mendekati mamanya saat itu. Tapi nampaknya mamanya memang menolak dan tidak pernah berusaha menjalin suatu hubunganpun. Kesampingkanlah faktor ekonomi, mama sangat mapan dan sukses, jadi mustahil mamanya menanti pria yang kaya, enggaklah enggak ini nggak masuk point yang harus kupikirkan. Dilihat dari umur mama masih belum tua, masih menarik, dan juga memang sebagai wanita normal yang matang pasti masih mempunyai gairah seks yang tinggi, dari sini sudah jelas, bukan masalah kecantikan atau mama merasa dirinya sudah tidak menarik. Erni segera meluruskan duduknya, benar juga, si brengsek Irwan ternyata bisa memahami hal tersebut, duh kenapa juga aku ini nggak bisa melihatnya, mungkin karena aku jarang di rumah ini. Lama Erni terdiam, mencoba menyimpulkan dari sudut pandang lain. Si Irwan sih nggak bisa bohong, pasti dia melakukan ini karena memang mama cantik dan seksi, terang saja dia bisa nafsu...eit tunggu dulu waktu itu kan dia bilang memang dia tergoda dan terobsesi sama mama...Erni kembali mencoba mengingat, lalu ia ingat sebuah artikel ilmiah yang pernah dibacanya, bahwa anak laki memang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengagumi, mengidolakan dan juga berimajinasi akan ibunya. Pada satu sisi mungkin akan menjadi obsesi. Juga kan memang terbukti dengan adanya yang namanya sindrom Oedipus Compleks. Apalagi Irwan dan juga aku memang sayang sekali sama mama. Ditambah usia Irwan memang sedang memasuki usia remaja yangrasa ingn tahunya tentang seks dan wanita amat tinggi. Mama yang cantik dan seksi tersebut pasti menjadi obsesinya. Apalagi memang lebih banyak hanya ada dia dan mama di rumah ini. Menarik juga melihat ini dari sudut pandang ilmiah pikir Erni. Kemudian faktor mama, benar dari alasan yang kupikirkan tadi, nampaknya mama memang tajut untuk menjalin hubungan dengan pria lain, mungkin mama takut sakit hati dan kecewa, oh bodoh banget aku nggak menyadari mama yang memendam luka hatinya. Akhirnya semua faktor itu bertemu dan menjadi satu, Dari sisi Irwan memang terobsesi dengan mama dan Irwan yang juga sedang dalam kondisi seks remajanya yang lagi tinggi - tingginya , dari sisi mama yang masih mempunyai rasa takut dan kecewa tapi juga masih memendam hasrat seks yang tinggi pula, saling bertemu, dan mama merasa aman dan nyaman. Kalau kuingat ekspresi mama yang bahagia saat kulihat malam itu yah memang benar. Walau mungkin orang menilai salah, tapi sebaliknya bagi mereka berdua hal itu tidak menjadi masalah, karena keduanya saling membutuhkan dan melengkapi, bagi mereka tidak ada pihak yang dirugikan, seks memang untuk dinikmati dan mencapai kenikmatan, walau alasan seks Irwan dan alasan seks mama berbeda namun saat berpadu akan klop, karena mama dan Irwan saling membutuhkan, saling melengkapi, juga melakukannya karena mereka berdua merasa bahagia dan nyaman, makanya terasa menggelora dan indah bagi mereka berdua. Erni pun tersenyum, nampaknya kini dia bisa berdamai dengan pikirannya dan mulai bisa menerima kondisi yang ada secara logis. Kini ia sudah membulatkan pikiran dan hatinya untuk menerima dan memahami hubungan yang terjadi antara mama dan Irwan. Erni menyayangi keduanya, dan mau mereka bahagia. Hmmm dasar si Irwan ternyata dia nggak asal ngomong ya, salahku juga saat itu emosi, mungkin terlalu kaget dan terlalu melihat hal ini dari sisi pandang umum tanpa mencoba memahami alasan Irwan dan mama. Nanti aku perlu minta maaf sama si Irwan. Sekarang sudah beres masalah ini....lalu Erni tersenyum nakal, tapi sekarang saatnya aku memikirkan bagian tubuh si Irwan yang menarik itu, susah dilupakan sejak aku melihatnya, gimana rasanya memiawku bila disodok perkakasnya yang besar itu.......
Siangnya Irwan pulang, didapati rumah sepi, namun mobil ada di garasi, lalu ia melihat ke kamar kakaknya, nampak kakaknya sedang tidur pulas, Wooowww...kakaknya tidur memakai baju tidur santai yang tipis, nampak BH dan CD yang membayang jelas di baliknya. Sudah biasa Irwan melihat mama dan kakaknya mengenakan baju tidur atau daster tipis dan mini. Dasar kak Erni, asal banget sih. Lalu ia berjalan ke kamarnya, ganti baju, dan ke kamar mandi bersih – bersih. Sesaat ia menuju ke meja makan, dilihat ada spagheti di sana, dan selembar kertas bertuliskan Makan Yang Banyak Yah..Adikku Sayang, Hmmm pasti kak Erni, mungkin ia sudah nggak marah tapi masih sungkan bicara. Mudah – mudahan ia sudah mengerti. Ia pun segera melahapnya. Kelar makan Irwanpun menyalakan TV dan menonton acara musik. Dia sengaja tidak mau membangunkan kakaknya, mungkin kakak capek. Sejam kemudian terdengar suara kakaknya memanggil dari kamar.
Irwan pun segera mematikan TV dan masuk ke kamar kakaknya, dilihatnya kak Erni sedang duduk di tempat tidur, lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tonjolan tetek besar yang montok yang terbungkus BHnya terpampang jelas di balik baju tidur tipis. Samar terlihat putingnya.
”Wan kamu sudah pulang ? Sini sebentar dong, Kak Erni mau ngomong penting sama kamu.”
”Iya kak sudah pulang dari tadi, makasih ya sudah dimasakin, mau ngomong apa ?”
”Tentang masalah kemarin...”, deg Irwan agak menegang, siap mendengar kakaknya.
”Memang kenapa kak ? Mau marah lagi ?”
”Duh kamu...dengar dulu dong kakak bicara...”
”Iya...iya...silahkan kakak bicara”
”Kakak sudah berpikir, memang awalnya kakak kaget dan shock, mungkin karena dalam keadaan marah dan emosi, kakak tidak bisa menerima penjelasan kamu, namun setelah agak tenang kakak bisa memikirkan semuanya satu persatu. Alasan kamu bisa kakak terima dan pahami. Kakak melihat hal ini juga dari segi kebahagiaan mama, memang kakak harus akui mama memang kini nampak jauh berbahagia dan lebih ceria wajahnya. Jadi teruskanlah saja hubungan itu...kakak akan bersikap seakan tidak tahu saja di depan mama. Maafkan kakak kemarin emosi dan marah sama kamu.” Kak Erni lalu mendekat dan mencium pipiku, kemudian kembali duduk. Aku yang dari tadi diam mendengarkan, terus terang rada terkejut dengan cepatnya kak Erni memahami hal ini, dan tidak bisa memikirkan banyak hal lagi, segera menjawab..
”Irwan juga minta maaf kemarin marah juga ke kakak. Kak, makasih yah kakak sudah memahami, sungguh Irwan dan mama bahagia dengan hubungan yang sedang kami lakukan ini. Kalau kagak ada lagi yang mau dibicarakan, Irwan mau nonton TV lagi yah...”
”Hei..siapa bilang sudah selesai, kakak bilang kakak setuju dan memahami, tapi kakak belum kelar menyampaikan semuanya.” Kak Erni mulai lagi kembali ke gaya bawel bin ceriwisnya.
”Lho masih ada lagi, apaan sih ?”
”Seperti kata kakak, untuk permasalahan sudah beres, dipahami dan dimengerti oleh kakak, tapi ada bagian tubuhku yang belum beres....itu jadi syarat mutlak dariku biar semua beres”
”Nggak ngerti aku, sudah ngomong yang jelas saja deh...sok misterius amat sih kakak..!”
”Oke...kakak kasih tahu ya, memiaw kakak belum beres nih....jadi kamu juga harus bikin kakak dan memiawnya bahagia dan puas seperti yang kamu lakukan ke mama...ayo ent*tin aku !”
”Apa...???” kaget benar aku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan kakakku
”Nggak...nggak...No Way kak. Lagian kenapa harus begitu syaratnya ?”
“Hei dasar bandit cilik, apa kamu pikir kakak kagak kepikiran melihat tongkol kamu yang besar dan panjang itu. Biar gimanapun aku wanita, pasti terangsang melihat panasnya pergumulan kalian semalam. Kalau mama saja sampai merasa nikmat begitu, kakak juga mau dong...!!!”
“Tapi itu kan lain…lagian mana mungkin..aku…aku .??” suaraku terbata – bata.
”Sama mama saja kamu bisa, kenapa denganku tidak Wan...??”
”Eng...eng...anu...aa...ya pokoknya nggak bisa kak. Mama lain sama kakak..”
”Lain apanya, mama punya tetek besar juga punya memiaw yang bisa dimasuki, aku juga sama kan..”
”Apa kakak kurang menarik buat kamu dibanding mama,Wan...???”
Kak Erni lalu berdiri dan melepas baju tidurnya secara perlahan dengan gerakan sangat erotis. Kini berdiri dengan posisi sangat mengundang, hanya mengenakan BH dan CD yang ketat saja. Teteknya yang juga besar serasa sesak dalam BH berendanya, Nampak samar puting susunya, lalu kulihat CDnya, nampak tebal sekali, dari sela – sela terlihat beberapa helai rambut kemaluan menyembul keluar dari pinggiran CDnya. Glek...aku meneguk ludahku, tongkolku spontan mengeras. Wah bablas deh....kalau ceritanya sudah kayak gini, apa boleh buat. Aku kan lelaki normal, di depanku berdiri seorang wanita cantik dengan tubuh montok dan menggiurkan, walau sulit namun aku sudah mencoba semaksimal mungkin menolaknya, tapi dia terus menantang dan meminta untuk di-ent*t, nggak lucu banget kalau aku mundur. Well, Que Sera – Sera, yang harus terjadi terjadilah....nggak bisa mundur lagi...nggak bisa nolak lagi...
Segera saja aku kutarik kak Erni ke arahku, kududukkan ke pangkuanku, mula – mula aku mencium ringan bibirnya, tanganku dengan lincah meremas – remas teteknya yang masih dibalut BH, rasanya agak lebih keras dari tetek mama, namun sama – sama enak diremas kok. Sesekali tanganku menyusup ke balik BHnya, memilin – milin puting susunya yang besar dan tegang. Tanganku yang satu lagi mulai menari – nari mengelus permukaan CDnya, terasa penuh dan tebal. Kuusap – usap wilayah pangkal pahanya, ketika tanganku masuk ke dalam CDnya terasa rambut kemaluan yang lebat pula...wah sesuai seleraku, dan ketika jariku menyentuh memiawnya, kurasakan tonjolan yang agak besar...ho..ho itil kak Erni rupanya berukuran agak besar dan terletak agak keluar, segera saja kumainkan itil tersebut dengan jariku, ciuman kak Ernipun mulai memanas. Tangan kak Ernipun tak tinggal diam mengurut – ngurut tongkolku yang masih ada di balik celana, cukup lama kami berposisi seperti ini, memiaw kak Erni sudah terasa basah. Lalu kusuruh kak Erni berdiri menghadapku, kulepaskan Bhnya, nampak indah sekali tetek besarnya menggelantung, Di tengahnya terdapat puting susu yang besar dan keras berwarna kemerahan dikelilingi lingkaran kecoklatan yang rada luas di sekelilingnya. Aku terpaku terpesona, lalu tanganku membuka CDnya, alamak...lebatnya rambut kemaluan kak Erni, namun yang mempesona adalah beda dengan rambut kemaluan mama yang berwarna hitam pekat, rambut kemaluan kak Erni berwarna hitam agak kecoklatan kontras dengan belahan memiawnya yang berwarna merah jambu, kulihat itilnya memang agak besar dan menonjol keluar, bakalan enak untuk dimainin sama kidahku. Aku diam beberapa saat mengagumi keindahan tubuh kak Erni. Kurasakan tongkolku sudah keras sekali, sesak banget di balik celana, meronta minta dibebaskan, segera saja kubuka kaosku dan celanaku, Swiiinggg...tongkolkupun mengacung dengan perkasa dan anggun, klihat mata kak Erni terbelalak melihatnya dan menelan ludahnya, segera saja kutarik tangannya dan kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Sebelum memulainya aku menanyakannya sebentar..
”Kak Erni...ummm maaf ya, tapi kakak sudah pernah begituan sebelumnya ?”tanyaku canggung.
”Aduh Wan...Wan, kalau aku belum pernah, mana berani aku nantangin kamu dan tongkolmu itu. Ada – ada saja kamu, oh iya kamu nanti nggak usah takut, keluarin saja di dalam, aku minum pil KB secara rutin kok.”
Tidak terlalu kaget sebenarnya aku, mengetahui kak Erni sudah tidak perawan lagi, dengan siapa yah dia melakukannya....Hoi..hoi stop dong mikirnya, situasi enak begini kok masih mikir terus...ayo balik lagi ke rejeki yang sudah pasrah di depanmu.
Aku segera memulai permainan ini, kak Erni terlntang dengan pasrahnya, kali ini aku mulai dari wilayah memiawnya, karena aku penasaran banget sama itil kak Erni yang menojol besar itu. Mula – mula kuciumi perutnya, lalu menjilati rambut kemaluannya yang berwarna agak kecoklatan, tak lama aku arahkan mulut dan lidahku ke bawah sedikit, terdiam sebentar menatap keindahan memiaw kak Erni yang tebal dan kemerahan, kusapukan lidahku dengan rakus pada permukaan memiawnya, kusodok – sodok lubang memiawnya dengan ujung lidahku, puas, aku mulai menuju itilnya yang membuatku penasaran, kali ini kumainkan dulu dengan menjepit dan mengelus – ngelusnya dengan jari telunjuk dan jempolku, nampak badannya bergetar penuh kenikmatan, lidahku mulai beraksi, kujilat ke kiri kanan, atas bawah, sekali – kali kugigit dengan lembut dan penuh rasa gemas, kuemut – emut perlahan dengan mulutku, nampak sekali kak Erni merasa ser – seran saat itilnya kumainkan, sengaja aku lama bermain dengan itilnya, karena terus terang saja aku menyuka bentuknya yang menonjol keluar dan besar itu, amat pas dan enak dimainkan oleh lidahku....Tidak berapa lama, memiaw kak Erni tampak basah sekali dan desahan serta geliat badannya semakin liar, nampaknya orgsmenya sudah dekat, kupercepat jilatan lidahku pada iilnya, dan dengan satu desahan nikmat yang sangat erotis terdengar, kak Erni merayakan orgasme perdananya dari diriku. Terasa hangat dan agak asin di mulutku. Akupun segera menaikkan badanku, kali ini aku lahap tetek besarnya yang montok itu dengan buas, lidahku dengan professionalnya memainkan puting susunya, tangan kak Ernipun kini tidak mau tinggal diam, ia mulai meraih tongkolku,diremas – remas lebut sambil dikocok – kocok, ugh...lembut sekali tangan kak Erni. Makin ganas saja aku melumat teteknya.
”Wan....sabar dikit dong, jangan nafsu gitu ah, aku kewalahan nih.”
”Habis tubuh kakak amatlah berbahaya...bagi jiwa dan tongkolku, terlalu nafsuin.”
”Huh...dasar, sempat – sempatnya merayu, sini dekatin tongkol kamu.”
Tanpa pakai lama segera kudekatkan tongkolku ke arah mulutnya, kak Erni diam sejenak, mengagumi sepenuh hati, lalu lidahnya mulai bergerak, mula – mula hanya menjilati secara perlahan kepala tongkolku, tangannya mengelus dan meremas lembut bijiku. Lalu lidahnya makin bergerak cepat menjilat batng tongkolku, memainkan dan menggelitik titik – titik sensitif di tongkolku dengan lidahnya, perlahan tapi pasti mulutnya mulai mengulum tongkolku, dihisap dan diemut – emutnya. Memang kalau aku bandingkan, untuk urusan Oral, mama lebih hebat, kak Erni masih kalah jam terbang, aku tidak mau bilang tidak ahli, tapi kalah jam terbang, karena kalau jam terbangnya sudah tinggi, pasti bisa seenak Oralnya mama. Namun permainan lidah kak Erni jauh lebih enak dari mama, lidahnya bergerak terus tanpa henti, dan benar – benar mampu menggelitik tongkolku dengan nikmat. Aku hanya mampu mendesah dan meremas – remas rambutnya saja. Lidahnya menyapu seluru tongkolku dengan sangat agresif. Matanya terus menatap mataku saat melakukan oral, membuat makin nafsu saja pada diriku. Tidak berapa lama kak Erni sudah nggak tahan untuk merasakan memiawnya dimasuki sama tongkolku. Dia segera memposisikan pinggulnya di atas tongkolku wajahnya menghadap ke arahku yang sedang berbaring. Perlahan – lahan diturunkan pinggulnya, lubang memiawnya dia lebarkan dengan menariknya sedikit dengan jari – jarinya, kepala tongkolkupun mulai memasuki lubangnya, agak sulit sedikit, karena lubangnya masih agak sempit, setelah berusaha dengan telaten, tongkolku mulai masuk, pelan tapi pasti, kulihat badannya agak bergetar saat akhirnya tongkolku benar – benar sudah masuk seluruhnya ke dalam lubang memiawnya. Tidak langsung ia goyangkan, ia diamkan dulu, sepertinya ingin membiasakan diri dahulu, lalu perlahan kakinya yang dalam posisi jongkok mulai ia lebarkan dan kak Erni mulai menaik turunkan pinggulnya, memompa tongkolku dengan irama yang konstan. Lubang memiawnya masih terasa agak sempit, mungkin karena belum terlalu sering digunakan dan jga belum pernah melahirkan. Aku yang terbaringpun benar – benar menikmati pemandangan saat memiawnya memompa tongkolku dengan jelas. Teteknya bergoyang – goyang dengan sangat merangsang, aku naikkan sedikit kepalaku, dan kak Ernipun paham, dia condongkan badannya ke arahku, segera saja aku lumat tetek dan putingnya dengan mulutku, Goyangan kak Erni makin cepat. Satu hal yang pasti memiaw kak Erni memang terasa lebih dan mudah becek daripada memiaw mama, namun itu justru makin menambah kenikmatan tongkolku, yang bisa bergerak dengan leluasa dan bebas dalam lubangnya yang agak sempit. Mungkin semua itu karena pengaruh itilnya yang menonjol keluar, jadi setiap kali tongkol bergerak keluar masuk, otomatis itil itu akan ikut tergesek dan terelus oleh batang dan kepala tongkol, tentu saja rasa geli – geli enak akan lebih sering dinikmati kak Erni, yang akhirnya membuat memiawnya jadi cepat basah karena frewkensi kenikmatan yang besar yang diterima itilnya ( Sok tahu dikitlah si Irwan ). Aku benar – benar senang dengan keputusan kak Erni mengajakku bersetubuh dengannya. Lumayan lama kaka Erni bergoyang di atas tongkolku, akhirnya aku memutuskan untuk gantian, kini aku yang pegang kendali.
”Kak, sudahan dong, ganti posisi.”
”Yah Wan lagi enak nih, itil kakak lagi nikmat.”
”Nggak ah...ganti gaya deh, jangan takut itil kakak akan merasa kenikmatan yang sama.”
”Yah sudah kalau beg...begitu.”
Kak Ernipun segera menghentikan goyangannya dan mencabut tongkolku dari lubang memiawnya. Aku segera bangkit, membelakangi kak Erni, kusuruh kakak nungging, namun tanganya kusuruh memegang kepala ranjang. Belahan memiawnya terlihat merah mengundang, langsung saja kusodok memiawnya dari belakang. Kupompa tongkolku dengan semangat tinggi, sesekali kak Erni ikut menggoyangkan pantatnya mengimbangi sodokanku, tanganku meremas tetek besarnya yang menggantung, sesekali kuremas dengan gemas pantatnya. Kusodok kak Erni dengan kuat sehingga saat tongkolku amblas sampai dalam, perutku menempel di belahan pantatnya.
”Oh.Yeaahh...Ooooh....Jangan berhenti Wan...”
”Ughhhhh......Enaaaakk.”
”memiaw kakak benar – benar kammmuuu hajar niihhhh.”
”Nikmati saja Kak.”
Posisi nungging kak Erni benar – benar membuat tongkolku keenakan, rasanya amat lancar memompa lubang memiawnya, Tangankupun mulai nakal, memainkan lubang pantat kak Erni, kutusuk – tusukan jariku ke lubang pantatnya, dan kak Erni makin kencang saja mendesah. Desahan kak Erni itu benar – benar seksi dan amat merangsang nafsuku. Kak Erni benar – benar pasrah kedua lobangnya dimainkan oleh aku. Nafas kak Erni makin memburu, dan kulihat tubuhnya mulai agak mengejang, benar saja tak lama berselang kakakku mengalami orgasme lagi. Aku segera mencabut tongkolku, segera kak Erni kutarik perlahan dan kusuruh berbaring, sekarang aku hajar memiawnya dengan posisi biasa, aku di atas. Terasa tongkolku membelai itilnya setiap kali bergerak, aku makin bernafsu, kali ini aku pompa tongkolku secepatnya, tanpa mempedulikan kak Erni yang berteriak – teriak karena terlalu merasa nikmat dengan tongkolku. tongkolku terasa berdenyut denyut, nampaknya sudah mau muntah, maka segera saja kutindih kakakku dan kupeluk dengan amat kuat, seiringan pompaan terakhir, Croot...crooooot....crot, tongkolku memuncratkan sperma yang cukup banyak ke seluruh liang memiaw kak Erni, Kak Erni agak bergetar saat spermaku menyemprot kuat dalam dinding – dinding memiawnya. Aku terkulai lemas, diam sesaat menikmati rasa enak ini. Kak Ernipun membelai – belai punggungku yang sedang menindihnya. Lama kami terdiam dalam posisi ini, lalu aku segeri menggulingkan tubuhku, berbaring sejajar dengannya. Kak Erni menoleh ke arahku dan tersenyum...
”Pantas saja mama tidak menolak dan doyan kamu ent*tin Wan, gila sampai lemas aku karena puas dan nikmat disodok sama tongkol kamu.”
”Aku juga sama kak...”
”Kamu jauh lebih hebat dan lebih tahan daripada pacarku...sampai rontok rasanya badanku.”
”Makanya kakak harus lebih giat lagi melatih pacar kakak...”
”Ah...ngeledek saja kamu.”
”Ngomong – ngomong kakak sering ya ngent*t sama pacar kakak..”
”Mau tahu ajaaa deh kamu. Tapi biar deh kakak kasih tahu ke kamu, kakak pacaran dengan Indra sejak kelas 2 SMA dan tetap awet sampai sekarang, mulai dari pertama kali melakukan sampai sekarang dengan dia saja. Pertama kali melakukan karena kami memang sama – sama menginginkannya, tidak ada keterpaksaan. Jadi bisa dibilang nakal dan pengalamanku semuanya kulakukan bareng dia walau tidak terlalu sering.”
”Tapi sekarang tambah pengalaman ya sama aku kak..hehehe.”
”Dasar anak bandel, kamu sendiri mana pacarnya Wan...???”
”Wah belum tahu deh kak, aku belum merasa perlu sih, kan aku sudah ada pacar yaitu mama. Apalagi sekarang aku punya pacar lagi yaitu kak Erni, aku makin nggak merasa perlu deh cari pacar yang lain.”
”Duuhhh kamu ini.....serius dikit dong, kamu tahu nggak kakak percya kamu tuh nggak bakalan kesulitan cari pacar, wajah kamu oke, badan kamu bagus, ditambah sekarang kakak jyga baru tahu, kamu juga pintar... ”
”Pintar apaan kak...???”
”Pintar bikin perempuan puasssss....”
Kamipun tertawa dengan candaan kami. Aku masih tidak percaya bahwa aku baru saja menyetubuhi kak Erni, setelah masalah yang terjadi saat kakak marah mengetahui hubungan yang kulakukan dengan mama, rasanya tidak akan pernah terpikir olehku kemungkinan kakak malah minta aku setubuhi. Dia yang minta lho bukan aku. Ah wanita kadang memang aneh, bisa marah, tapi tetap punya penasaran juga melihat tongkol yang besar. Lalu kak Erni mulai bicara kembali....
”Wan, kakak senang dengan keputusan kakak meminta kamu ngent*t sama kakak, kamu boleh melakukannya lagi, kakak akan dengan senang hati meladeni kamu, kamu hanya tinggal bilang saja.”
”Tapi ini menjadi rahasia kita berdua ya, mama jangan sampai tahu, bukan apa – apa, kita tidak boleh merusak kebahagiaan mama Wan. Biarkan mama menikmati kebahagiannya, aku takut mama akan marah dan kecewa kalau sampai mama tahu bahwa kita juga punya hubungan.”
”Iyalah kak, tenang saja, aku tidak akan bilang, lagian kalau mama marah, aku yang rugi dong, bisa – bisa kehilangan memiaw mama yang enak..”
”Deh ni anak, dasar pemikirannya kagak jauh dari memiaw deh....!”
Lumayan lama kami berbaring dan berbicara sambil bergurau dengan cerianya. Tak lama kak Erni bangun dan menuju meja riasnya terus membuka lemari bajunya, aku hanya memperhatikan saja punggungnya yang sedang berjalan, tidak melihat apa yang dia lakukan, tak lama dia kembali, di tangannya dia membawa baby oil dan selimut kain yang panjang, belum paham aku maunya, lalu ia berdiri di pinggir ranjang dan tersenyum dengan amat nakalnya dan berkata...
”Masih ada waktu banyak sebelum mama pulang, ronde berikutnya bisa segera dimulai adikku sayang ?”
Tentu saja, aku pun kembali bergairah. Kak Erni naik ke atas ranjang, melebarkan selimut di atas ranjang, ukurannya cukup besar, dia bilang buat tatakan. Dia segera membuka baby oil dan menuangkan isinya sedikit demi sedikit ke...teteknya yang besar dan montok itu, lalu tangannya mengusap dan meremas tetek yang kini nampak berkilau dan seksi dalam balutan licinnya baby oil. Aku masih melihat saja, menikmati adegan yang sedang kakakku lakukan, Dia mainkan teteknya yang kini amat licin sehingga sering melejit lejit nakal saat tangannya memainkannya. Ughhh...tongkolku jadi keras seketika, tanpa diminta ku segera berpartisipasi ikut bermain dengan teteknya. Enak rasanya memegang tetek besarnya yang licin, walau kita remas kuat, tak perlu khawatir kak Erni merasa sakit, karena tetek itu akan melejit liar kalau kita remas kuat, kumainkan juga putingnya, kupilin dengan jariku, namun fokusku tetap meremas dan memijit tetek kak Erni. Kak Erni menikmati sekali sentuhan tanganku pada teteknya, kepalanya agak menengadah ke atas dan mulutnya mendesah. Sebenarnya aku mau mulai menjepitkan tongkolku di antara teteknya itu, namun kakakku ini nampaknya masih mau aku bermain – main dengan tubuh montoknya, ia pun segera membalikkan badannya, tengkurap dan menyuruhku meminyaki punggung dan pantatnya. Kumulai dari punggungnya, kubelai dan kuusap dengan lembut, memijatnya, kakak nampak rileks dan nyaman, Lalu aku menuju ke arah pantatnya, kuremas – remas pantatnya yang licin karena minyak itu, gemas sekali aku sama pantatnya yang seksi itu, jariku bergantian mengelus belahan memiawnya dan area sekitar lubang pantatnya, hanya mengelus saja, untuk memberikan rasa nyaman. Lama aku mengusap dan meremas – remas daerah pantatnya, lalu kak Erni kusuruh berbalik, kutuang baby oil ke wilayah memiawnya, kuusap selangkangannya, mengelus bagian luar memiawnya dengan jarinya, lalu memainkan rambut kemaluannya. Rambut kemaluannya yang lebat kini nampak tebal menggumpal karena baby oil. Sungguh pemandangan yang terasa erotis. Setelah itu kembali aku naik ke arah dadanya, kuusapi lengannya, daerah sekitar keteknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sedikit dan jarang, lalu kembali memijat – mijat teteknya dengan gerakan tangan melingkar, putingnya yang merah agak kecoklatan mengacung, mengkilat karena minyak. Puas dengan semua aku segera memposisikan diri agar bisa meletakkan tongkolku gtepat di tengah tetek besar tersebut.
”Wan, gaya apa lagi nih...?”
”Lho, kakak memang belum pernah seperti ini..istilahnya sih Titfish ?” tanyaku agak heran.
”Belum pernah...”
”Wah bego amat pacar kakak nggak mau memanfaatkan tetek sebesar dan semontok ini..”
”Habis dia nggak pernah minta gaya begini sih. Memang enak Wan..???”
”Enak banget kak, rasain saja sendiri ya, nanti kakak praktekin juga sama pacar kakak. Dijamin nanti dia mau lagi deh. Sekarang kakak dekap pinggiran tetek kakak yang kuat, biar bisa mencengkram tongkolku...”
Lalu aku segera memaju mundurkan pantatku, rasa nikmat yang kurasakan sangat terasa karena tetek kak Erni yang sudah licin berminyak itu membuat gerakan tongkolku menjadi lancar dan membuat kepala tongkolku terasa geli – geli enaksetiap bergesakkan. Sesekali aku mendongakkan kepalaku ke atas sambil mendesah. Kak Ernipun nampaknya mulai merasakan enaknya gaya ini, sepertinya teteknya merasa nyaman dengan sodokan tongkolku, lidahnya beraksi menjilat kepala tongkolku saat gerakanku maju ke depan, sesekali aku berhenti agar ia bisa memainkan dan mengulum ujung tongkolku. Kedua puting susunya terus aku mainkan, kupilin – pilin sehingga makin terasa mengeras dan membesar secara maksimal. Nikmat sekali melakukan gaya ini dengan tetek besar yang sudah diminyaki baby oil. Namun aku tidak mau mengalami klimaks di sini. Segera saja aku memberi tanda bahwa aku berniat berhenti dan mengganti gaya...namun kak Erni sudah berbicara duluan..
”Wan sodok aku dari pantat ya..”
”Boleh saja, memang kakak senang main belakang ya...??”
”Dulu sebelum aku melepas keperawananku, biasanya aku hanya memperbolehkan pacarku memasuki lubang pantatku saja.”
”Hebat...ternyata kakak nakal juga yah..., ya sudah kakak tetap berbaring saja deh.”
Kak Erni menyempatkan mengulum tongkolku dulu sebentar, lalu mengolesinya dengan baby oil, tak ketinggalan ia siramkan baby oil ke daerah lubang pantatnya. Aku segera memiringkan sedikit posisi badan kak Erni, kakinya kuangkat satu ke atas dan kutempelkan di dadaku dengan kedua tanganku mengapit kaki tersebut. Aku segera mengarahkan tongkolku ke lubang pantatnya, kak Erni sudah siap dengan melebarkannya dengan jarinya, karena sudah biasa dan juga sudah licin dengan baby oil, mudah saja tongkolku menerobos lubang pantatnya. Kak Erni nampak agak mengernyit, akupun segera memulai pompaanku, sempit dan enak rasanya, kupompakan tongkolku dengan ritme agak pelan, sementara jari kak Erni mulai beraksi memainkan itilnya sendiri, membuat nafsuku makin bertambah, Pompaanku mulai kupercepat karena lubang pantatnya kurasakan kini mulai melebar dan makin memperlancar gerakanku. Desah nafas dan erangan kak Erni mulai terdengar. Kulihat ke arah wajahnya, matanya merem melek dan dari bibirnya kerap terdengar desahan nikmat yang erotis, nampaknya kak Erni merasa sedang di awang – awang. Jarinya makin cepat memainkan itilnya....Hmm, aku tak pernah membayangkan kalau ternyata kakakku juga panas dalam urusan seks.
”Wan...Oughhh...tongkol kamu sama enaknya di lubang memiaw atau pantattt...!!”
”Sama, Kak Erni jugaa...”
”Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss Wan...”
”Nggak perlu disuruhhh kok kak..”
Aku makin semangat saja, namun aku sempatkan sebentar menyodok memiawnya sesaat, lalu kembali berkonstrasi menyodok lubang pantatnya...Permainan kami kali ini sudah berlangsung cukup lama , tubuh kami mulai berkeringat, namun tidak mengurangi gairah kami, aku kini memompakan tongkolku dengan cepat dan bertenaga, kak Ernipun mendesah semakin kuat, pinggulnya bergetar setiap tongkolku menyodok ke dalam lubang pantatnya. Itil kak Erni terlihat semakin besar saja di mataku, makin asik dilihat karena jari kak Erni memainkannya dengan terampil. Pinggul kak Erni kurasakan mulai terangkat sedikit, dan badannya mulai agak mengejang, dan seiring desahan yang kuat kak Erni mendapatkan orgasme, memiaw kak Erni terlihat makin memerah karena lama dimainkan. Sodokan dan goyanganku kini kulakukan secara maksimal, akupun mulai merasakan denyut denyut nikmat di tongkolku, dan menyemburlah cairan spermaku membasahi lubang pantat kak Erni. Segera aku terdiam sesaat sambil tetap memegang kaki kak Erni yang menempel di dadaku. Lalu aku segera mencabut tongkolku dan berbaring di sampingnya. Setelah lama terdiam aku memulai percakapan.
”Kak, jujur saja aku tidak pernah bermimpi atau berniat bisa melakukan hal ini sama kakak, bukan karena kakak tidak menarik, aku mungkin sulit menjelaskan, namun yang pasti aku tidak pernah bermimpi kalau akhirnya akan seperti ini.”
”Kakak juga sama Wan, mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Sedikit aneh dan tidak terduga.”
”Betul kak, makasih ya kak.”
”Aku juga makasih Wan. Nampaknya liburan kali ini benar – benar bagus dan menyehatkan jasmaniku. Pokoknya selama aku masih di sini kamu harus terus mengservis aku dengan tongkolmu itu ya adikku sayang.”
”Waduhhh...bisa – bisa gempor kakiku harus meladeni kakak dan mama yang sama – sama doyan. Mana kakak liburannya masih 3 minggu lagi...duh lembur terus deh...”
”Aku bisa kompromi kok Wan, jatahku dari kamu pulang sekolah sampai mama pulang. Saat malam aku mau kamu melayani dan membahagiakan mama.”
Kamipun lalu berciuman dengan hangat dan mesra, lalu aku membantu kakak merapikan ranjangnya kembali, dan bersiap menyambut mama pulang. Saat makan malam mama menyadari aku dan kakak sudah akrab kembali dan mengatakan bahwa ia senang karena kami sudah rukun dan tidak marahan lagi. Malamnya aku bisa dengan bebas dan tidak perlu khawatir untuk memuaskan mamaku. Selama 3 hari semua berlangsung begitu, siang jatah kakak, malam mama, namun setelah itu aku mulai keluar dari jadwal itu, malamnya aku ”bolos” dari mama dan malah kembali menggarap kakakku, mama tidak curiga karena dia pikir karena ada kakak jadi aku berhati – hati, sementara pada kakak kubilang sengaja tidak ke kamar mama, aku harus membuat mama berpikir bahwa aku juga berhati – hati saat ada kakak di rumah. Pada akhirnya untuk hari – hari selanjutnya memang aku tetap ,elakukan dengan mamaku, namun frewkensi saat malam hari mulai bertambah ke kamar kakak. Yah kalau mau jujur semua kulakukan mungkin karena aku baru – baru ini saja melakukan hubungan seks dengan kakakku jadi wajar saja masih penasaran sama tubuh kakak. Akhirnya aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini, juga karena aku tidak enak berbohong sama mama. Aku bilang ke kakak, bahwa aku akan berterus terang ke mama, tentu saja kakak menolak niatku, tapi aku jelaskan juga ke kakak bahwa aku tidak nyaman berbohong ke mama. Ke depannya aku akan terus merasa nyaman karena menyembunyikan rahasia ke mama. Setelah berargumen aku berhail meyakinkan kakak bahwa aku bisa mengatasi situasi ini. Kakak menyerahkan sepenuhnya ke aku untuk bicara ke mama dan memilih untuk menginap satu malam di rumah Tante Ani, adik mamaku agar aku bisa bicara dengan bebas ke mama. Maka malam itu di ruang keluarga, aku siapkan mentalku untuk menjelaskan hal ini ke mama.
Tentu saja tidak mudah membicarakan hal ini ke mama, mama benar – benar marah dan tidak mengerti mengapa aku harus melakukan hubungan seks juga dengan kakak. Kemarahan mama paling besar karena aku dan kakak juga melakukan hubungan seks Bagi mama kalau kakak akhirnya mengetahui hubungan kami, dan kakak marah dan tidak terima itu sudah resiko, dan mama akan meminta maaf, memberi penjelasan dan alasannya serta meminta pengertian kakak. Akhirnya dengan susah payah kuminta mama tenang dan diam dulu, aku sudah dengarkan kemarahan mama, jadi kini biar aku mulai menjelaskan semuanya dari awal ke mama biar mama paham. Aku bilang apa yang akan kujelaskan dapat mama cek kebenarannya ke kakak. Kujelaskan ke mama, memang saat akhirnya melihat yang terjadi malam itu, kakak marah dan tidak terima, lalu aku bertengkar dengannya dan saling beradu argumen, mempertahankan pendapat kami masing – masing, makanya kami sempat saling diam – diaman satu sama lain. Kuterangkan ke mama semuanya yang aku dan kakak ucapkan saat pertengkaran itu terjadi. Tentang bagaimana upayaku menerangkan alasan juga memohon pengertiannya, juga tentang bagaimana akhirnya kakak akhirnya menerima dan mau mengerti. Sampai sini aku berhenti dan menunggu reaksi mama.
Mama terdiam sejenak, nampak berpikir, kemarahan agak berkurang dari wajahnya, lalu mama bilang dia berterima kasih karena aku dengan segala daya upayaku bisa menerangkan dan membuat kakakku bisa mengerti dn menerima hubungan kami. Namun mama menyesali karena kami terlalu ceroboh hingga kakakku bisa melihat saat kami berhubungan seks di malam itu. Mama lalu terdiam sejenak dan kembali teringat akan kemarahan utamanya, wajahnya mulai menegang dan mengulangi pertanyaannya : Kenapa kamu harus melakukan hubungan seks dengan kakak ? Kenapa kamu harus merusak masa depan kakakku ? Apa dengan mama saja kamu tidak puas ? Kembali aku minta mama tenang dan mendengar lanjutan keteranganku. Kujelaskan ke mama memang akhirnya kak Erni memang bisa memahami dan menerima semua yang terjadi, namun dengan tambahan satu syarat, kak Erni juga minta untuk disetubuhi olehku. Kulihat mama nampak terperangah saat mendengar hal itu, lalu aku lanjutkan bahwa saat itu aku menolak dan mama harus percaya hal itu. Aku memang benar – benar menolaknya. Aku kembali melanjutkan keteranganku, kukatakan ke mama tentu saja sebagai lelaki wajarlah aku juga terangsang melihat keseksian kakakku, kalau tidak aku tidak normalkan. Sebelum aku melakukan hubungan seks dengan kak Erni, aku terus terang ke mama bahwa kadang nafsuku suka naik melihat keseksian kak Erni, namun tidak pernah dan memang aku selalu mampu menahan diri. Kenapa akhirnya aku melakukannya juga ? karena saat itu situasinya lain, ada faktor kak Erni mengetahui hubungan aku dan mama, pertengkaran, akhirnya ada pengertian, dan syarat darinya ditambah rangsangan yang kak Erni lakukan tentu saja aku sbagai lelaki tidak kuasa menolaknya. Sampai sini kuhentikan kembali keteranganku. Mama nampak mulai memahami situasi saat itu.
Aku mulai lagi penjelasanku, aku katakan saat aku melakukan hal itu dengan kak Erni, kak Erni juga sudah tidak perawan dan meminumpil KB secara rutin. Sekilas kulihat kekecewaan di wajah mama saat mengetahui kondisi kak erni yang sudah tidak perawan lagi. Lalu aku jelaskan bahwa aku dan kakak tetap melakukan hubungan seks sesudahnya, karena selain kami saling menyayangi, juga tidak munafik kami menikmatinya. Kujelaskan juga percuma mama melarang, aku dan kakak pasti akan tetap melakukannya. Hal ini baru akan berhenti bila kami telah memiliki pasangan atau memang merasa sudah saatnya berhenti, kalau dipaksa berhenti percuma, saat ini aku dan kak Erni sedang dalam tahap awal, baru mulai, jadi sedang panas – panasnya, masih penasaran dan ingin lebih lagi. Sama seperti saat awal hubungan antara aku dan mama, sulit berhenti. Lalu aku jelaskan hal yang terpenting pada mama : Kejujuran dan Perasaanku. Aku bilang ke mama, bisa saja aku dan kakak menyembunyikan hubungan ini, resikonya mungkin suatu hari kelak mama kemungkinan juga bisa memergoki kami. Kak Erni juga sama tidak mau mama tahu, karena tidak mau merusak kebahagiaan mama, namun akulah yang memaksanya untuk jujur sama mama. Kulihat mama agak bingung dengan penjelasanku, katanya kenapa ? Bukannya kalau kamu tidak bilang justru mama tidak akan tahu hubunganku dengan kak Erni. Aku katakan ke mama, ini masalah hati ma, aku selalu menganggap mama sebagai orang yang special dan kusayangi dalam hidupku, aku akan merasa tersiksa dan tidak nyaman selamanya kalau menyembunyikan hal seperti ini dari mama. Hatiku tidak mau aku membohongi mama, aku belum bisa menghentikan hubunganku dengan kak Erni, namun aku juga tidak mau membohongi mama. Sekilas kulihat nampak wajah mama berseri mendengar penjelasan akhirku, sekilas namun dapat kulihat. Kubilang penjelasanku sudah jelas dan selesai. Lama mama terdiam, akupun diam juga, membiarkan mama berpikir. Akhirnya mama berbicara..
”Terimakasih kamu sudah mau jujur dan terbuka sama mama. Satu sisi diri mama masih belum bisa membuat keputusan dan asih bingung dengan situasi ini, tapi satu sisi yang lain mama merasa bangga karena kamu punya keberanian menjelaskan semuanya ke mama. Mama yakin kamu sangat menyayangi mama, karena kalau kamu tidak sayang, mana mungkin kamu akan merasa tersiksa dan tidak nyaman hatinya, kamu merasa seperti itu karena kamu sayang dan tidak mau mengkhianati mama, untuk masalah yang itu mama sudah paham dan mengerti.”
”Irwan lega karena bisa jujur sama mama. Irwan mau hubungan Irwan sama mama didasari kejujuran juga ma.”
”Kamu benar – benar mulai menjadi lelaki sejati Irwanku tersayang.”
”Terimakasih ma.”
”Biarkan mama sendiri malam ini ya, mama perlu tenang untuk berpikir lebih jauh Wan.”
”Baik ma.”
Akupun mencium pipi mamaku, membiarkan dia sendiri untuk tenang memahami dan memikirkan semuanya. Aku berjalan ke arah kamarku, tidak ada seks malam ini, tapi biarlah, aku dan mama juga sedang dalam tahap baru dalam hubungan kami. Tahap di mana hubungan kami akan berkembang ke arah yang lebih baik, lebih matang dengan bisa jujur dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Tidak lama kudengar mama masuk ke kamarnya. Akupun akhirnya tertidur, lelap dan nyaman.
Besok paginya hari minggu, mama dan aku libur. Sudah kam 9 pagi dan mama masih di kamarnya, tak berapa lama kak Erni pulang. Setelah masuk ke kamarnya untuk ganti baju, ia menghampiriku yang sedang menonton TV. Dia menanyakan semuanya, aku terangkan yang terjadi semalam, dan kini aku dan kak Erni hanya perlu membiarkan mama tenang untuk berpikir. Kami pun lalu menonton TV dan membicarakan hal – hal lainnya. Menjelang siang mama keluar dan memanggil kami. Aku matikan TV, dan bersama kakak menghampiri mama yang sudah duduk di ruang keluarga. Mama menunggu kami duduk, lalu memulai pembicaraan.
”Terus terang mama memang terkejut mendengar apa yang Irwan ungkapkan semalam. Semalaman mama tidak tidur memikirkannya. Kini mama akan coba membicarakannya dengan kalian. Pertama mama ingin minta maaf karena mama dan Irwan mempunyai hubungan yang kami rahasiakan dan akhirnya kamu ketahui. Mama juga berterimakasih akhirnya kamu mau mengerti dan menerimanya.”
”Ma, mama tidak perlu minta maaf. Erni sudah menerima penjelasannya dari Irwan, jadi singkatnya Erni mengerti dan mau mama bahagia.”
”Kamu memang sayang mama Erni. Mama lanjutkan ya...mama kembali ke kamu Erni, kamu dengar saja dulu ya...terus terang sebenarnya ada kekecewaan saat mama tahu kamu sudah tidak perawan lagi, orangtua manapun mau yang terbaik untuk anaknya kan ? Tapi mama mencoba berpikir secara jernih, kamu adalah kamu, apa yang menjadi hak pribadi kamu adalah kehendak kamu. Mama hanya bisa memberikan nasehat atau wejangan, namun mama tidak bisa 24 jam selamanya memantau kegiatan kamu. Jadi mama bisa memahami hal itu, dan cukup lega mengetahui kamu melakukan hal itu pertamakali bukan dengan paksaan atau terpaksa tapi dengan pasangan yang kamu percayai.. Untuk selanjutnya mama hanya minta kamu bisa bertanggung jawab atas segala resiko dan konsekwensinya.” Mama diam sejenak, menarik nafas lalu melanjutkan pembicaraannya....
”Untuk kalian berdua, mama kaget dan tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa akhirnya kalian berdua melakukan hubungan seks. Berat menerima kenyataan itu. Namun mama berpikir secara logis, juga setelah mendengar penjelasan Irwan, hal ini mamapun tidak bisa larang. Semua sudah terjadi, kalian melakukannya juga tanpa paksaan, jadi mama hanya bisa bilang silahkan kalian lakukan selama memang kalian berdua masih menginginkannya, namun berhentilah melakukannya bila di kemudian hari salah satu dari kalian memang berniat berhenti. Juga jaga rahasia ini sebaik mungkin, apa yang terjadi antara Mama dan Irwan yang ketahuan Erni, harus jadi pelajaran untuk berhati – hati.”
”Mama juga tidak akan memonopoli Irwan, Irwan bebas menentukan kapan dan dengan siapa ia ingin melakukannya, bila sedang ingin dengan mama, silahkan, bila sedang ingin dengan Erni, mama tidak akan egois, kamu juga harus bersikap yang adil ya Erni, jangan memaksa Irwan. Lebih baik begini tidak ada yang perlu disembunyikan. Mama rasa itu saja, mama harap apa yang mama putuskan ini bisa memuaskan semua pihak.”
Secara spontan aku segera berdiri dan menghampiri mama, kukecup pipinya dan memeluknya sambil mengucapkan terimakasih atas semuanya dan telah berlaku adil. Kak Erni pun menghampiri mama, memeluk dan mengecup pipinya. Lama kami bertiga berpelukan, dalam kehangatan satu keluarga, kini semua sudah jelas dan tidak ada yang pelu disembunyikan. Lalu mama menyuruh kami mandi dan siap – siap makan di luar.
Kini aku dapat melakukannya dengan nyaman, tanpa perlu terikat waktu, sekarang dengan mama atau sekarang dengan kak Erni. Kalau aku sedang sama mama, kak Erni paham, begitu sebaliknya. Karena kak Erni hanya pulang ke rumah pada saat – saat tertentu, maka kalau ada kak Erni di rumah, maka aku lebih banyak melakukan dengan kak Erni, mama juga menganggap hal ini wajar, karena biar bagaimanapun saat kak Erni sedang masa kuliah, mama memiliki aku setiap waktu.
Kalau ada pembaca yang bertanya, apa pernah kami main bertiga, aku akan jawab tidak. Kalau dari aku, tentu mau dong, kak Erni juga pasti bisa kuyakinkan, tapi kurasa mama tidak akan nyaman melakukan 3Some dengan anak perempuannya, jadi antara aku, mama dan kak Erni tidak pernah melakukan 3Some.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar